BUDAYA MUSYAWARAH MUFAKAT LAHIRKAN NEGOSIATOR ULUNG ๐❤️๐ฎ๐ฉ๐
Jakarta, JENIUSNET.- DNA Masyarakat Adat Nusantara adalah “Musyawarah Mufakat.” Karena itu, Amerika dan Sekutunya yang Materialis Kapitalis serta Cina dan Rusia yang Sosialis Komunis berupaya MELUNTURKAN Budaya Musyawarah Mufakat ini dengan berbagai cara, langsung maupun tidak langsung. Dengan Menggunakan Cover “DEMOKRASI”, Amerika dan konco-konconya berupaya Melemahkan Semangat Musyawarah Mufakat dengan sistem Pengambilan Keputusan Berdasarkan Suara Terbanyak (VOTING).
Dan pada akhirnya, siapapun bisa MENANG dalam Kontestasi Politik, selama dia bisa meraih SUARA TERBANYAK. Jadi, keputusan diambil semata-mata berdasarkan perspektif publik/rakyat/massa secara KUANTITAS, bukan berdasarkan KUALITAS. Karuan saja, bila hal ini terus terjadi tentu merusak nilai demokrasi yang sebenarnya.
Seiring dengan itu, Negera-negara Barat dengan menunggangi Arus Globalisasi secara gencar melakukan penetrasi ke dalam sistem perekonomian kita. Mereka ingin MENCENGKRAM Indonesia melalui Sistem Ekonomi Kapitalisme, yang pada akhirnya melahirkan INDIVIDUALISME, HEDONISME dan Masyarakat KONSUMTIF. Sementara itu, Cina pun tak mau ketinggalan dalam melakukan Ekspansi Ekonomi mereka, melalui program One Belt One Road (OBOR) atau Belt Road Initiative (BRI). Proyek OBOR mewakili kepentingan China yang berambisi membangun jalur sutera baru di abad ke-21, baik di jalur darat, maupun maritim.
Nah, akibat terjangan Gelombang Demokrasi Liberal dan Sistem Ekonomi Materialis Kapitalis serta Jeratan Sosialis Komunisme dari Cina, akhirnya Kekuatan Terbesar Budaya Nusantara mulai RAPUH. Budaya Musyawarah Mufakat DIGERUS oleh Suara Terbanyak dalam Voting. Semangat GOTONG ROYONG semakin LUNTUR karena serangan VIRUS Materiaisme, Individualisme, Hedonisme dan KEPEDULIAN SOSIAL pun makin kurang. Padahal Musyawarah mufakat dan Gotong Royong inilah sesungguhnya KEKUATAN Budaya Nusantara yang DITAKUTI oleh Neo Imperialisme.
Pasalnya Budaya Musyawarah Mufakat ini di masa lampau telah melahirkan para Negositor dan Diplomat Ulung serta membangun masyarakat yang penuh semangat Gotong-Royong. Sehingga Masyarakat Nusantara sulit DIPECAH selama mereka selalu BERMUSYAWARAH dan BERGOTONG-ROYONG. Pada pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk mufakat, kemungkinan terjadinya pertikaian dan perpecahan akan lebih kecil. Karena keputusan baru diambil jika telah dicapai kesepakatan dari semua peserta musyawarah (dicapai mufakat ).
Karena itulah para peserta musyawarah mau tidak mau harus menempa diri menjadi seorang ahli komunikasi, negosiator atau ahli diplomasi. Pasalnya, SETIAP hasil yang ingin dicapai dalam sebuah proses Musyawarah adalah win-win solution, di mana kesemua pihak yang melakukan musyawarah berhasil mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Berikut adalah 7 Keistimewaan yang menggambarkan Bagaimana Dahsyatnya Budaya Musyawarah itu Membentuk dan Mengembangkan Karakter Manusia Nusantara, yaitu :
1. Kemampuan Menghargai pendapat orang lain;
2. Mampu mengendalikan diri saat mengikuti musyawarah;
3. Kemampuan Berkomunikasi yang Unggul;
4. Bertenggang rasa terhadap teman yang mengajukan pendapat;
5. Bijaksana terhadap pendapat teman yang berbeda;
6. Mematuhi semua aturan yang berlaku dalam musyawarah;
7. Bertanggung jawab dengan cara melaksanakan keputusan hasil musyawarah.
Semoga Indonesia tidak terjebak dengan demokrasi voting terus-terusan dan sebagainya. Melainkan demokrasi Indonesia dibangun demokrasi mufakat. Masyarakat Indonesia sangat mengedepankan harmoni dalam kesehariannya. Sangat jarang bagi mereka untuk mau berkonflik secara terbuka untuk menghindari hubungan yang memburuk.
Kita seyogyanya mencari sosusi atas perbedaan pendapat itu dan bukan memperparahnya dengan memperlebar perbedaan itu di media sosial.
Selayaknya kita mencari solusi dengan prinsip-prinsip musyawarah untuk mencapai mufakat. Musyawarah untuk mencari solusi atau titik temu . Biasanya, meski menyangkut hal-hal yang sulit sebuah persoalan bisa terpecahkan dengan bantuan musyawarah. Musyawarah menuntut kebesaran hati untuk berdialog demi mencapai kesepakatan dan kepentingan bersama. Musyawarah sudah lama menjadi fondasi penting keberlangsungan negara Indonesia.
Indonesia dibangun degan kebersamaan, toleransi, harmoni dan kedamaian. Sebagaimana yang tertuang pada sila keempat Pancasila. Dimana butir tersebut mengandung makna mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan bersama dan musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan. Bukan saling menyalahkan terus-terusan, tanpa ditangannya ada lentera yang siap menggantikan lentera yang dianggap padam demi Indonesia yang cerah dan mencerahkan. Semoga. (az).
Jakarta, JENIUSNET.- DNA Masyarakat Adat Nusantara adalah “Musyawarah Mufakat.” Karena itu, Amerika dan Sekutunya yang Materialis Kapitalis serta Cina dan Rusia yang Sosialis Komunis berupaya MELUNTURKAN Budaya Musyawarah Mufakat ini dengan berbagai cara, langsung maupun tidak langsung. Dengan Menggunakan Cover “DEMOKRASI”, Amerika dan konco-konconya berupaya Melemahkan Semangat Musyawarah Mufakat dengan sistem Pengambilan Keputusan Berdasarkan Suara Terbanyak (VOTING).
Dan pada akhirnya, siapapun bisa MENANG dalam Kontestasi Politik, selama dia bisa meraih SUARA TERBANYAK. Jadi, keputusan diambil semata-mata berdasarkan perspektif publik/rakyat/massa secara KUANTITAS, bukan berdasarkan KUALITAS. Karuan saja, bila hal ini terus terjadi tentu merusak nilai demokrasi yang sebenarnya.
Seiring dengan itu, Negera-negara Barat dengan menunggangi Arus Globalisasi secara gencar melakukan penetrasi ke dalam sistem perekonomian kita. Mereka ingin MENCENGKRAM Indonesia melalui Sistem Ekonomi Kapitalisme, yang pada akhirnya melahirkan INDIVIDUALISME, HEDONISME dan Masyarakat KONSUMTIF. Sementara itu, Cina pun tak mau ketinggalan dalam melakukan Ekspansi Ekonomi mereka, melalui program One Belt One Road (OBOR) atau Belt Road Initiative (BRI). Proyek OBOR mewakili kepentingan China yang berambisi membangun jalur sutera baru di abad ke-21, baik di jalur darat, maupun maritim.
Nah, akibat terjangan Gelombang Demokrasi Liberal dan Sistem Ekonomi Materialis Kapitalis serta Jeratan Sosialis Komunisme dari Cina, akhirnya Kekuatan Terbesar Budaya Nusantara mulai RAPUH. Budaya Musyawarah Mufakat DIGERUS oleh Suara Terbanyak dalam Voting. Semangat GOTONG ROYONG semakin LUNTUR karena serangan VIRUS Materiaisme, Individualisme, Hedonisme dan KEPEDULIAN SOSIAL pun makin kurang. Padahal Musyawarah mufakat dan Gotong Royong inilah sesungguhnya KEKUATAN Budaya Nusantara yang DITAKUTI oleh Neo Imperialisme.
Pasalnya Budaya Musyawarah Mufakat ini di masa lampau telah melahirkan para Negositor dan Diplomat Ulung serta membangun masyarakat yang penuh semangat Gotong-Royong. Sehingga Masyarakat Nusantara sulit DIPECAH selama mereka selalu BERMUSYAWARAH dan BERGOTONG-ROYONG. Pada pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk mufakat, kemungkinan terjadinya pertikaian dan perpecahan akan lebih kecil. Karena keputusan baru diambil jika telah dicapai kesepakatan dari semua peserta musyawarah (dicapai mufakat ).
Karena itulah para peserta musyawarah mau tidak mau harus menempa diri menjadi seorang ahli komunikasi, negosiator atau ahli diplomasi. Pasalnya, SETIAP hasil yang ingin dicapai dalam sebuah proses Musyawarah adalah win-win solution, di mana kesemua pihak yang melakukan musyawarah berhasil mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Berikut adalah 7 Keistimewaan yang menggambarkan Bagaimana Dahsyatnya Budaya Musyawarah itu Membentuk dan Mengembangkan Karakter Manusia Nusantara, yaitu :
1. Kemampuan Menghargai pendapat orang lain;
2. Mampu mengendalikan diri saat mengikuti musyawarah;
3. Kemampuan Berkomunikasi yang Unggul;
4. Bertenggang rasa terhadap teman yang mengajukan pendapat;
5. Bijaksana terhadap pendapat teman yang berbeda;
6. Mematuhi semua aturan yang berlaku dalam musyawarah;
7. Bertanggung jawab dengan cara melaksanakan keputusan hasil musyawarah.
Semoga Indonesia tidak terjebak dengan demokrasi voting terus-terusan dan sebagainya. Melainkan demokrasi Indonesia dibangun demokrasi mufakat. Masyarakat Indonesia sangat mengedepankan harmoni dalam kesehariannya. Sangat jarang bagi mereka untuk mau berkonflik secara terbuka untuk menghindari hubungan yang memburuk.
Kita seyogyanya mencari sosusi atas perbedaan pendapat itu dan bukan memperparahnya dengan memperlebar perbedaan itu di media sosial.
Selayaknya kita mencari solusi dengan prinsip-prinsip musyawarah untuk mencapai mufakat. Musyawarah untuk mencari solusi atau titik temu . Biasanya, meski menyangkut hal-hal yang sulit sebuah persoalan bisa terpecahkan dengan bantuan musyawarah. Musyawarah menuntut kebesaran hati untuk berdialog demi mencapai kesepakatan dan kepentingan bersama. Musyawarah sudah lama menjadi fondasi penting keberlangsungan negara Indonesia.
Indonesia dibangun degan kebersamaan, toleransi, harmoni dan kedamaian. Sebagaimana yang tertuang pada sila keempat Pancasila. Dimana butir tersebut mengandung makna mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan bersama dan musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan. Bukan saling menyalahkan terus-terusan, tanpa ditangannya ada lentera yang siap menggantikan lentera yang dianggap padam demi Indonesia yang cerah dan mencerahkan. Semoga. (az).
Komentar
Posting Komentar